KDM Terapkan Konsep Tata Ruang Sunda untuk Cegah Bencana
KOTA BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan bahwa Sunda bukan hanya soal suku, ras, atau wilayah semata. Lebih dari itu, menurutnya Sunda adalah sebuah “laboratorium hidup” yang menyimpan banyak pelajaran, termasuk dalam hal pengelolaan tata ruang.
Dalam konsep tata ruang Sunda terdapat prinsip gunung kudu awian, lengkob kudu balongan, lebak kudu sawahan. Maksudnya, kawasan perbukitan harus tetap hijau dan ditumbuhi tanaman berkayu untuk mencegah erosi dan potensi longsor. Sementara itu, lengkob atau daerah lembah sepatutnya memiliki kantung-kantung air seperti balong, kolam, atau danau sebagai penyangga ekosistem. Adapun lebak, atau wilayah dataran, idealnya menjadi areal persawahan yang menumbuhkan padi sebagai sumber pangan.
Penerapan konsep tersebut diyakini dapat meminimalisir bencana hidrologis, mulai dari longsor di kawasan hulu hingga banjir di dataran rendah. Di bagian tengah acara, dilansir dari Humas Jabar, KDM menyampaikan bahwa konsep tata ruang Sunda ini seharusnya menjadi pijakan penting dalam pembangunan Jawa Barat saat ini.
Oleh karena itu, KDM menuturkan bahwa pembangunan di Jabar perlu kembali pada prinsip tata ruang Sunda. Ia pun mulai membongkar bangunan yang berdiri di sempadan sungai agar aliran air dapat kembali normal. Alih fungsi lahan juga ditegaskan harus dihentikan karena alam sebaiknya dikembalikan pada fungsi alaminya.
Menurutnya, para pemangku kepentingan perlu belajar dari masyarakat adat Sunda mengenai pembangunan berkelanjutan, ketahanan pangan, serta kehidupan sosial budaya yang harmonis.
“Maka kepada para birokrat, politisi, dan para pemangku kepentingan lainnya, masyarakat adat jangan dikenalkan dengan ‘budaya proposal’ karena itu akan berseberangan dengan nilai-nilai adat budaya,” ujar KDM.
Kategori
-
382
-
152
-
132
-
98
-
112