Cerita Rakyat: Sasakala Curug Sindulang

Curug Sindulang merupakan salah satu air terjun yang terkenal di wilayah Jawa Barat. Curug yang dikenal dengan nama Curug Cinulang juga, curug tersebut bertipe ganda. Ada dua curug kembar berdampingan yang tinggi dan deras airnya sama.

Letak curug Sindulang, berada di perbatasan Kabupaten Sumedang dengan Kabupaten Bandung. Walau demikian, secara administratif Curug Sindulang terletak di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang.

Ada sebuah cerita menarik dari nama Sindulang tersebut loh! Karena mempunyai cerita rakyat atau dongeng tentang nama Sindulang tersebut turun temurun hingga sekarang.

Baik kita bahas yah, cerita rakyat dari Sindulang, yakni Sasakala Curug Sindulang.

Desa Sindulang sejak zaman dahulu, dari zaman prasejarah atau animisme dan dinamisme. Leluhur penduduk desa Sindulang bertani dan berkebun untuk keberlangsungan hidup mereka. Hanya saja selalu berpindah-pindah.

Berpindah-pindah tersebut, karena masa bercocok tanam. Mereka menanam buah-buahan atau sayuran di suatu tempat hanya beberapa saat. Setelah tanahnya sudah tidak bagus dan hasil yang ditanam jelek, mereka pindah lagi.

Pada suatu ketika, mereka berada di suatu tempat, lebih tepatnya di suatu hutan belantara, tanahnya bagus untuk bercocok tanam dan tempat tinggal. Akhirnya mereka menetap di sana, hanya beberapa orang yang pindah meninggalkan hutan tersebut.

Mereka yang menetap di sana pun berjanji, jika tempat tersebut sudah tidak agus untuk bercocok tanam, maka mereka pun akan ikut pindah lagi meninggalkan hutan tersebut.

Ketua dari kelompok yang masih menetap di hutan adalah  Nyi Mas Jambe Larang. Suami dari Nyi Mas Jambe Larang ialah Eyang Sara Satria Nunggal. Suaminya jarang berada di hutan tersebut, suka bepergian. Sekalinya pulang, suaminya terkadang berwujud binatang, karena kesaktiannya.

Suami istri tersebut mempunyai anak laki-laki, hanya saja anaknya tidak tahu rupa ayahnya sendiri, karena ayahnya sering tidak di rumah, dan ibunya pun merahasiakan rupa ayahnya juga. Hingga akhirnya anaknya menginjak dewasa.

Pada suatu hari, anaknya melihat Tumang (anjing) seperti menerkam ibunya, anak itu tidak segan-segan menghunus pedangnya, lalu menyerang Tumang. Akhirnya Tuman mati seketika. Tetapi jasad Tumang tiba-tiba hilang begitu saja.

Anaknya penasaran, kenapa jasad Tumang bisa menghilang dan menanyakan kepada ibunya. Nyi Jambe Larang bersikeras dan tidak mau menceritakan apa yang terjadi pada putranya.

Nyi Jambe Larang merasa sedih dengan adanya kejadian tersebut. Dia menyendiri, termenung, saat itu sedang bulan purnama. Tiba-tiba ada yang jatuh dari langit, barang yang jatuh itu diambil, lalu diperiksa. Barang tersebut ialah sebuah cinde (saputangan).

Nyi Jambe Larang masih dalam kesedihannya, bergumam menyebut cinde serta memandang bulan yang bersinar terang, lalu menyebut wulan (bulan). Ketika disatukan kata cinde dan wulan menjadi "Cinde Wulan".

Perkataan itu diucapkan berkali-kali dalam gumamnya. Hingga akhirnya Nyi Jambe Larang memutuskan untuk memberi nama tempat tinggalnya itu “Cindé Wulan”. Cinde artinya sapu tangan, dan wulan artinya bulan purnama.

Jadi, Cinde Wulan secara harfiah adalah sapu tangan yang seterang bulan purnama. Setelah Nyi Mas Jambe Larang memberi nama tempat itu, ia teringat akan janjinya bahwa ia akan mengikuti rombongan yang lebih dulu pergi.

Dia bergegas untuk pergi, meninggalkan kediamannya, terus berjalan. Hanya saja, dia kehilangan jejak. Namun dia tidak putus asa, dia terus mencari rombongan tersebut hingga lamanya. Akhirnya ia pun bertemu dengan rombongan tersebut.

Dipertemuannya, rombongan tersebut malah hendak kembali ke tempat asalnya yakni Cinde Wulan. Setelah menempuh perjalanan panjang kembali ke Cinde Wulan, ternyata setelah sampai, di sana sudah banyak rumah penduduk.

Ketika Nyi Jambe Larang sampai, kebetulan sedang ada pemilihan pemimpin baru untuk menggantikan Nyi Jambe Larang. Akhirnya, pemimpin baru tersebut terpilih dan mengganti nama tempat tersebut menjadi Cindulang.

Dengan adanya nama Cindulang, yang artinya sama masih berupa sapu tangan yang bersinar seperti bulan purnama. Maka tempat tersebut menjadi sebuah pedesaan. Namun nama tersebut tidak bertahan lama ketika penjajah Belanda dan Jepang memasuki wilayah tersebut dan berganti nama menjadi Sindulang.

Begitu wargi Sumedang cerita sasakala nama Sindulang. Ceria ini digubah dari sumber berbahasa sunda, yakni wasunda.com.

Komentar

wave
  • John Doe

    Florian

    Jul 16, 2022 17:25

    Your means оf explaining everything in this pieϲe of writing is really nice, every one be able tօ without difficᥙlty be awɑrе օf it, Thanks a lot.

  • John Doe

    Antonietta

    Jul 22, 2022 01:06

    At thiѕ time I am going away to do my breakfast, after having my breakfast ⅽoming again to read additional neԝs.

  • John Doe

    Velda

    Jul 27, 2022 05:55

    You actually make it ѕeem so easy with your presentation but I find this matter to be really something whіch I think I would never underѕtand. It seems too complex and very broad for me. I am looking forward for yⲟur next post, I will try to get the

  • John Doe

    Lonnie

    Aug 03, 2022 03:55

    Howdy! Tһis is kind of off topіc but I need some advice from an establіshed blog. Is it very difficult to set up your own blog? I'm not very techincal bᥙt I ϲan figure thіngs out pretty fast. I'm thinking about making my oѡn but I'm not surе where t

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828