Reak biasanya selalu dimainkan oleh orang-orang tua atau orang dewasa, dan memadukan berbagai jenis kesenian yang menghasilkan suatu bentuk kesenian yang ramai, membuat hiruk pikuk, sorak-sorai para penonton menjadi bagian dari pertunjukan Seni Reak tersebut. Karena hiruk-pikuk dan sorak-sorai dari pemain dan penonton itulah maka kesenian ini dinamakan kesenian Reak yang diambil dari kata hiruk-pikuk, atau sorak-sorai gemuruh tetabuhan dalam bahasa Sunda yaitu: “susurakan atau eak-eakan”, sehingga jadilah kesenian yang hiruk-pikuk dan bergemuruh karena sorak-sorai ini menjadi kesenian Reak. Penggunaan kata Reak sebagai nama bagi kesenian ini memang banyak penjelasannya. Sebagian mengatakan bahwa Reak berasal dari kata Reog, mirip dengan nama bagi kesenian dari Jawa Timur, terutama Reog Ponorogo. Reak maupun Reog, menurut sebagian pandangan berasal dari kata Arab riyyuq yang artinya “bagus atau sempurna di akhir” atau khusnul khatimah. Sebagian lagi menyatakan bahwa Reak berasal dari kata leak, yakni salah satu simbol kekuatan jahat dalam tradisi Hindu-Bali, yang menyimbolkan Batara Kala atau ogoh-ogoh.

Pada awal perkembangannya kesenian Reak sengaja diciptakan untuk menarik simpati anak-anak yang belum dikhitan (sunat). Hal yang paling prinsip dari pertunjukan ini adalah keramaian atau kemeriahan agar banyak masyarakat yang menonton terutama anak-anak kecil. Oleh karena itu, memadukan beberapa jenis kesenian seperti dikemukakan di atas mempunyai pengaruh agar pertunjukan Seni Reak ini lebih meriah. Seni Reak lahir sekitar abad ke-12 dimana pada saat itu Prabu Kiansantang, putera Prabu Siliwangi bermaksud untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat. Seperti kita ketahui bahwa dalam agama Islam setiap laki-laki wajib hukumnya untuk di khitan (sunat). Namun demikian pelaksanaan khitanan bagi anak-anak ini mendapat kendala karena si anak selalu merasa ketakutan untuk di khitan (sunat). Oleh karena itu, para sesepuh di Sumedang berpikir bagaimana caranya agar anak-anak yang akan di khitan tidak takut, maka diciptakanlah suatu jenis kesenian yang disebut kesenian Reak. Kesenian Reak berasal dari Kabupaten Sumedang, tepatnya daerah Rancakalong dan berkembang ke daerah lain seperti daerah Cileunyi, Cibiru, Ujungberung dan daerah lainnya. Pada mulanya dibawa oleh pedagang-pedagang dari Kabupaten Sumedang sekitar tahun 1958. Adapun prosesi acara dalam kesenian Reak yaitu, Kesenian Reak dipertunjukan dari halaman rumah dan berjalan hingga kembali kehalaman rumah. Kesenian Reak di awali dengan ritual sebagai ungkapan Rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, setelah selesainya ritual kesenian Reak diawali dengan tatabeuhan dan atraksi kuda lumping serta tarian bangbabangrongan setelah itu Reak dipertunjukan dengan mengarak anak yang di khitan dengan berjalan keliling kampung sampai kembali lagi ke halaman rumah, selesai mengarak anak yang di khitan Reak mempertunjukan tarian dan menyajikan bunyi-bunyian. Puncaknya dari pertunjukan Reak pemain bangbarongan atau berokan dan kuda lumping kerasukan roh atau kesurupan (trance). Yang bertujuan sebagai upacara tolak bala, selesainya acara ditandai dengan berhentinya suara tabuahan instrumen dalam Reak, dan pembagian sesajen terhadap para pemain Reak. Serta para pemain Reak yang kesurupan pun mulai disadarkan. prosesi ini dinamakan pamitan. Nanti mimin sambung lagi yah untuk membahas kesenian reak. Masih banyak yang harus kita ketahui mengenain kesenian reak tersebut. Jika ada yang mau menambahkan sila di kolom komentar yah! Thumbnail: Grup Reak C I Mekar Saputra. Foto: Khrisna Refiaji
Van
Oct 30, 2022 04:04%%
Bettina
Dec 02, 2022 23:43%%
Emilio
Apr 01, 2024 00:5510 Unquestionable Reasons People Hate Tattooed Pornstars tattooed pornstars