a. Bewara Setelah diadakan musyawarah para sesepuh untuk penentuan tanggal pelaksanaan Ngalaksa, maka hasilnya disampaikan kepada seluruh warga masyarakat adat, atau dengan kata lain Bewara adalah menginformasikan waktu pelaksanaan Ngalaksa kepada seluruh warga masyarakat, Rurukan pendukung termasuk unsur pemerintah. Sebagai media untuk penyampaian informasi tersebut pada awalnya adalah melalui penyampaian berita dari mulut ke mulut namun pada era sekarang untuk penyebarluasan informasi bisa melalui alat pengeras di media umum sepeti masjid, surat menyurat dan telepon. b. Ngahayu
Adalah suatu proses mengajak warga masyarakat adat untuk mengajak berpartisipasi dalam mempersiapkan kebutuhan baik bahan maupun alat yag digunakan untuk kelancaran kegiatan. Dalam bahas Sunda Ngahayu identik dengan kata ulang ngahayu-hayu, yaitu ungkapan ajakan, sehingga setelah dihayu-hayu oleh ketua Rurukan warga masyarakat menyumbangkan bahan upacara misalnya buah-buahan, umbi-umbian, beras, kelapa, padi, gula merah dan lain sebagainya, kemudian diantarkan ke rumah ketua Rurukan sebagai pusat kesiapan upacara. c. Mera/Ngagunuk bahan Mera biasanya dilaksanakan satu minggu setelah pelaksanaan Bewara, pada tahapan Mera ini ketua Rurukan membagi-bagikan bahan dan tugas kepada setiap warga Rurukan. Misalnya siapa yang bertugas untuk mencari kayu bakar, mengambil daun congkok ke hutan, dan tugas-tugas lain dalam memperlancar kegiatan upacara adat Ngalaksa. 2. Pelaksanaan Upacara Adat Ngalaksa Mengawali kegiatan pelaksanaan Upacara Adat Ngalaksa setelah mendapat sentuhan kemasan untuk promosi wisata budaya, maka sebelum dilaksanakan upacara, maka diadakan dulu seremonial pembukaan. Pada acara tersebut biasanya dihadiri berbagai tamu undangan, birokrat pemerintah daerah Kabupaten Sumedang, undangan tokoh masyarakat, putra daerah, seniman budayawan. Seluruh masyarakat ikut berperan aktif untuk mempertontonkan potensi seni budaya yang kemudian disusun dalam suatu atraksi seni pertunjukan Helaran. Pada acara prosesi pembukaan tersebut, substansi kegiatannya adalah pembukaan secara simbolis oleh Bupati Sumedang biasanya selaku pemangku Budaya, yang ditandai dengan penyerahan Babon dari Rurukan penyelenggara Ngalaksa tahun sebelumnya kepada pemangku kebijakan. Kemudian pemangku kebijakan menyerahkan kepada ketua Rurukan yang akan melaksanakan upacara, dan kemudian Babon diarak bersama-sama menuju Desa Wisata tempat dilaksanakannya upacara. Setibanya di Desa Wisata sudah disajikan suguhan seni Tarawangsa yang akan mengiringi prosesi upacara dari awal sampai akhir pelaksanaan upacara. Diawali oleh ketua Rurukan yang bertindak sebagai Saehu Pameget yang didampingi Saehu istri, maka mulailah pentas seni Tarawangsa. Setelah Saehu pameget dan Saehu istri menari, dilanjutkan oleh para tamu undangan dan tokoh masyarakat lainya untuk bersama-sama sampai acara selesai. Pelaksanaan proses membuat laksa bisa berhari-hari dan setiap harinya selalu diiringi dengan alunan seni Tarawangsa. Setelah selesai prosesi pembukaan esok paginya baru dilanjutkan dengan tahap upacara selanjutnya yaitu: a. Meuseul Bakal Mesel bakal adalah proses penumbukan padi secara tradisional hingga menjadi beras. Petugas penumbuk padi biasanya ibu-ibu mereka bergantian menumbuk padi dengan menggunakan alat lesung sebagai alasnya dan penumbuknya menggunakan alu, sedangkan untuk memisahkan dedaknya Ditapi (Sunda) dengan nyiru. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan dari pagi sampai siang hari tergantung banyaknya gabah yang ditumbuk. b. Ngibakan/ngageulisan Ngibakan adalah proses mencuci beras, beras dimasukan ke dalam wadah biasanya menggunakan boboko kalau berasnya sedikit, apabila berasnya banyak mengunakan said (boboko ukuran besar) atau mengunakan totolono/dingkul, kemudian dibawa ke tempat pemandian kalau dulu ada yang disebut tampian dengan air pancuran yang bersumber dari mata air, kalau sekarang mengunakan air sumur atau air ledeng. c. Nginebkeun Beras yang sudah bersih di cuci, kemudian disimpan di tempat pangineban (bale-bale) selama tiga hari tiga malam.Selama diinebkeun beras disirami dengan air daun combrang, maksudnya supaya beras baunya harum. d. Mesel beas/ Nipung Adalah proses membuat tepung beras, beras yang sudah diinebkeun kemudian dibawa ke saung lisung untuk ditumbuk sampai lembut. e. Membuat adonan Tepung beras yang sudah lembut kemudian dicampur dengan bumbu seperti garam dan kelapa tua yang sudah diparut dibuatkan adonan. f. Membuat orok-orokan Setelah adonan jadi sebelum dibungkus, terlebih dulu membuat orok-orokan sebanyak 3 buah. Tahap berikutnya adalah membungkus adonan dengan daun congkok yang kemudian digodog dengan kancah sampai matang. Proses membuat Laksa ini biasanya menghabiskan waktu sampai enam hari. Laksa yang sudah matang dibagikan kepada masyarakat. Dulunya Laksa merupakan makanan untuk bekal diperjalanan/peperangan. Wah seru banget kan wargi Sumedang, semoga tahun ini bisa terlaksana dengan lancar yah. Tulisan tersebut bersumber dari buku Potensi Wisata Kabupaten Sumedang 2013.
Lyndon
Jun 16, 2022 02:20We are ɑ group of volunteers and ѕtarting a new scheme in our community. Your web site ߋffereԀ us with valᥙable information to work on. You've done an impressive job and ouг whoⅼe community will be grateful to you.
Christen
Jun 20, 2022 15:52Hellߋ There. I found your ƅlog uѕing msn. This is a very well wгitten article. I'll make sure to bookmark it and come back to read more of your useful info. Thanks for the post. I'll certainly return.