Mengenal Seni Buhun Ajeng dari Desa Cipelang Ujungjaya

Bersama Embah Kadar, Jagakerti membawa serta Jangkar Alam untuk pindah ke daerah Belendung. Hingga Jagakerti dan Embah Kadar meninggal dunia, kesenian Jangkar Alam masih selalu dimainkan sebagai salah satu wasiat Jagakerti untuk melestarikan kesenian tersebut. 

Alat musik Jangkar Alam selanjutnya diwariskan secara turun-temurun pada keturunannya, sebagai sebuah pusaka (benda bersejarah yang tidak ternilai harganya). Di kemudian hari, Jagakerti sering dipanggil dengan Embah Buyut Jagakerti untuk penghormatan, sedangkan Embah Kadar dipanggil dengan Embah Buyut Kadar. 

Makam Embah Buyut Jagakerti dan makam Embah Buyut Kadar berada di makam Desa Cipelang, tidak begitu jauh dari kantor Desa Cipelang. Dikemudian hari, seni tradisional Jangkar Alam sering dipentaskna dalam acara-acara pernikahan dengan adat sunda, karena hal tersebutlah lambat laun nama Jangkar Alam berubah menjadi Ajeng, Ajeng berasal dari kata pangajeng-ajeng.

Dalam perkembanganya sekarang ini, sebagai benda bersejarah warisan leluhur, Seni Ajeng seringkali dimainkan dalam acara-acara ritual seperti hajat bumi, ataupun acara seremonial lainnya seperti peresmian-peresmian. hal tersebut dilakukan sebagai pelaksanaan wasiat, juga penghargaan kepada para pewaris sebelumnya (karuhun). Karena runutan sejarah tersebutlah, sekarang Desa Cipelang Sumedang menjadi desa pewaris alat musik tradisional Ajeng dan Seni Ajengnya, hal tersebut diperkuat dengan keberadaan Makam keramat Embah Buyut.


Sumber:
Jerryyanuar
partTV

Halaman Sebelumnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828