Dalam novel tersebut diceritakan bahwa semasa kecilnya Raden Jamu sudah hidup mandiri, ayahnya yang bernama Pangeran Adipati Surianagara telah meninggal dunia waktu Raden Jamu masih kecil, sehingga kekuasaan kabupaten tidak diberikan kepada Raden Jamu, namun untuk sementara digantikan terlebih dahulu oleh pamannya (adik ayahnya). Lalu dilanjutkan lagi oleh bupati dari Parakanmuncang hingga Raden Jamu tumbuh dewasa, tapi janji dari Bupati Parakanmuncang tersebut tidak ditepati, bahkan Pangeran Kornel difitnah oleh demang kepercayaan bupati tersebut, hingga akhirnya Pangeran Kornel pergi berkelana ke Limbangan dan ke Cianjur untuk menemui Bupati Cianjur, karena kegigihan dan ketekunannya, Raden Jamu dipercaya oleh Bupati Cianjur dan diangkat menjadi Kepala Cutak Cikalong. Diceritakan di Sumedang, bupati yang memegang kekuasaan tersebut terhasut oleh Demang Dongkol. Demang Dongkol merupakan orang licik yang memanfaatkan kekuasaan Bupati Parakanmuncang, tapi Demang Dongkol akhirnya mati terbunuh, dan bupati yang berasal dari Parakanmuncang itu diturunkan kekuasaannya oleh pemerintah Hindia Belanda dan Raden Jamu diangkat menjadi bupati di Sumedang berkat bantuan Raden Aria Wiratanudatar (Bupati Cianjur), dan sejak saat itu Kabupaten Sumedang menjadi salah satu kabupaten yang berkuasa dan maju. Sejak Raden Jamu diangkat menjadi bupati, terdapat beberapa permasalahan yang menimpa dirinya dan pemerintahannya, dari mulai masalah pembangunan Jalan Cadas Pangeran, pengusiran dan perlawanan perompak, dan lain-lain. Akhir dari ceritanya, Pangeran Kornel dikenang menjadi bupati yang berpengaruh di Kabupaten Sumedang dan wafat pada tanggal 29 Juli 1828.
Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dapat diklasifikasikan berdasarkan ragam bahasanya; ragam bahasa menak Sunda, ragam bahasa abdi dalem, ragam bahasa bangsa Kolonial, ragam bahasa para Kiai, ragam bahasa cacah/rakyat. Namun secara umum gaya bahasa yang terdapat dalam novel ini meliputi gaya bahasa litotes, gaya bahasa pleonasme, gaya bahasa metafora, gaya bahasa alegori, gaya bahasa perifrase/perifrastis, dan gaya bahasa hiperbola. Pangeran Kornel merupakan tokoh bupati yang sangat berpengaruh di wilayah Kabupaten Sumedang, sehingga namanya bukan saja terukir dalam catatan sejarah, tetapi juga diabadikan dalam karya sastra. Hal tersebut terjadi di samping untuk memberikan rasa hormat atas kebesaran namanya, juga untuk mengenang dan memperkenalkan jiwa patriotismenya kepada generasi berikutnya. Dalam perspektif sastra, Pangeran Kornel pernah diceritakan dalam bentuk novel, yang berjudul Pangéran Kornél karya R. Memed Sastrahadiprawira, Novel tersebut memiliki struktur yang lengkap, mulai dari tema, fakta cerita, dan sarana sastranya. Untuk wargi Sumedang yang penasaran ingin membacanya, bisa datang saja langsung ke Panti Baca Ceria di Jl. Kartini No.28 Regol Wetan, Sumedang Selatan. Karena cerita dari perspektif novel tersebut seru loh.
Margery
Mar 27, 2023 15:58Thіs is a topic that is near to my heart... Thank you! Exactly where are your contact details though?
Tatiana
Apr 17, 2023 06:06Wһy visitors still make use of to read news paperѕ when in this technological world all is accessible on wеb?
Maple
Oct 22, 2023 19:34Guys, we all find out that it's a lot easier and more enjoyable to have intercourse when a woman is great and wet. But for some reason, a great deal of dudes still have a tendency to neglect to obtain their lady nice and slippery before they begin head