Membicarakan tentang Sumedang, tidak akan ada hentinya membicarakan kebudayaannya, kesenianya, alamnya yang indah. Ya, sebagai Puseur Budaya Sunda, di daerah Rancakalong, lebih tepatnya di Desa Nagarawangi pada tanggal 4 Desember 2021 telah diresmikan Sekolah Alam Berbasis Budaya. Sekolah alam berbasis budaya ini pada dasarnya mengambil dasar kurikulum utamanya dari sebuah pengetahuan lama bernama pengetahuan KALA CAKRA.
Kala Cakra adalah nama sebuah sistem perhitungan Sunda kuno yang dianggap sebagai sistem perhitungan awal (Ethnomatematis) pada peradaban Sunda. Manuskrip dan artefak yang menjadi bukti perhitungan ini terdapat di beberapa tempat di antaranya yang sudah diteliti oleh beberapa ahli. Manuskrip dan artefak utamanya terdapat di wilayah Cisitu Sumedang, di Gunung Cakrabuana, di Kawali Ciamis, di Gunung Tampomas, dan beberapa wilayah lainnya. Menurut referensi yg ada di Sumedang Hitungan kala /waktu
terbagi menjadi tiga; zaman Aji Putih, Aji Saka dan Aji Sakti.
Dari dasar perhitungan manuskrip-manuskrip tersebut, tersimpan pengetahuan lama yang akan berguna bagi kehidupan di masa sekarang yang tujuan akhirnya adalah untuk memurnikan kembali tatanan alam, ruang, dan waktu. Apabila digunakan dalam satu wilayah, maka proses konservasi tanah, air (mata air), dan udara akan tercipta sehingga pemurnian ruang atau wilayah akan kembali sehat. Lingkungan yang sehat, hutan yang asri, tanah dan air yang terbebas dari pestisida dan bahan kimia lainnya akan berimbas pada kualitas makanan dan minuman yang sehat. Pola pertanian, pola penanaman pohon, pola aktivitas sehar-hari, yang yang dikembalikan ke sistem tradisional berdasarkan perhitungan kala cakra, secara perlahan akan menciptakan manusia-manusia yang berkualitas dan berbudaya. Serta diharapkan pada masa ke depan akan menciptakan bibit-bibit unggul pada generasi selanjutnya.

Program-program yang dihadirkan adalah bentuk aplikasi dari salah satu program kemdikbudristek yaitu Pemajuan dan Pemanfaatan Kebudayaan. OPK atau Objek Pemajuan Kebudayaan ini menjadi dasar pembuatan kelas-kelas yang nantinya akan dihadirkan dalam sekolah alam tersebut. Kegiatan program sebelumnya yaitu Program Daya Desa Budaya yang dilaksanakan dalam bentuk rangkaian sekolah budaya, merupakan titik tolak lahirnya sekolah alam ini. Kegiatan daya desa budaya ini adalah sebuah program dari kemendikbudristek yang dilaksanakan oleh tim melalui surat tugas dengan pengolahan melalui sebuah kelompok tani hutan (KTH) bernama KTH Benteng Muda Mandiri yang bergerak dalam pembudidayaan lebah trigona (teuweul). Rencana program KTH dalam upaya pelestarian hewan dan pelestarian lingkungan tercipta melalui rencana pembangunan kampung wisata edukasi berbasis lingkungan.
Sekolah alam berbasis budaya ini didasari dari sebuah teori yang mengatakan bahwa sejatinya Alam, Budaya, dan Manusia adalah tiga hal yang tidak bisa dipisahkan. Skema perjalanannya seolah bergerak beriringan, saling mengisi, dan bersama-sama saling terkorelasi dalam menentukan berjalan atau tidaknya kehidupan. Sekolah alam ini juga berlandaskan pada tujuh unsur budaya yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat; sistem kepercayaan, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem peralatan dan teknologi, bahasa, dan kesenian.
Pada Sekolah Alam Berbasis Budaya tersebut, akan ada beberapa skema kelas yang akan disajikan nantinya; kelas cagar budaya, kelas tradisi lisan, kelas manuskrip, kelas adat istiadat, kelas ritus, kelas pengetahuan tradisional, kelas teknologi tradisional, kelas seni, kelas bahasa, kelas permainan rakyat, dan kelas olahraga.
Halaman Selanjutnya
Roberta
Jun 18, 2023 18:54Asking qսеstiօns are genuinely fаstidiouѕ thing if ʏou are not understanding anything entirely, howeveг this piece of writing offers nice undeгstanding even.