Upacara Adat Mapag Sri Kerap Dilaksanakan di Jembarwangi

Mapag Sri dan sosok Dewi Sri adalah dua hal yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Barat. Dalam mitos yang berkembang di masyarakat Jawa Barat, Dewi Sri merupakan simbol dari tanaman padi. Sedangkan Mapag Sri adalah pesta panen padi yang biasa dilaksanakan saat menjelang panen padi.

Ritual adat upacara Mapag Sri tersebut dilakukan setiap tahunnya. Arti kata Mapag dalam bahasa Indonesia ini sendiri adalah menjemput, sedangkan Sri adalah representasi dari Dewi Sri simbol dari tanaman padi, jadi Mapag Sri dapat diartikan sebagai menjemput padi atau menyambut masa panen padi. Ritual adat upacara Mapag Sri yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan bagi para petani dan masyarakat sekitar kepada tanaman padi sebagai sumber pokok sehari-hari.

Di dusun Cirendang, Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, setiap tahunnya digelar ritual adat tersebut, tradisi dimulai ketika akan menanam padi hingga panen raya, dan sampai 4 kali kegiatan ritual adat tradisi dalam satu tahun satu kali penanaman, karena sistem pertaniannya tadah hujan.

Pada tahun ini, gelaran tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Sumedang, dan jajaran Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang serta beberapa jajaran lainnya, di Dusun Cirendang, Senin, 30 Januari 2023.

Terlihat hiasan yang menggantung hasil bumi

Adapun tahapan kegiatan ritual adat tradisi tersebut yaitu Babarit (persiapan tanam padi) kata Rit yaitu sing irit atau sing hemat, Ritual Penitipan (melakukan doa bersama), Mapak Sri Pohaci atau Dewi Sri dan yang terakhir Nampi Paré (Menerima Padi) lalu ditutup dengan ritual hajatan ‘Ngaruat’ dengan gelaran wayang kulit.

Ritual Babarit dilakukan ketika akan mulai penggarapan. Warga membuat nasi kuning (Tumpeng) dan perlengkapan yang lainnya, lalu berkumpul di tempat yang sudah di sepakati. Setelah itu, melakukan doa bersama dan bertawasul, nasi kuning tersebut dimakan bersama kadang saling bertukar dengan yang lainnya.

Nah, pada ritual kedua, yaitu gelaran menitipkan dengan melakukan doa bersama kembali ketika padi ataupun palawija sudah tertanam. Dengan tujuan agar dijauhkan dari segala penyakit tanaman serta jauh dari hama.

Sedangkan ritual yang ketiga, merupakan ritual Mapag Dewi Sri yang dilakukan ketika kondisi padi sudah mulai “Beukah”. Lalu diadakan gelaran adat tradisi kembali dengan berbagai kegiatan. Dan yang ke empatnya ritual Nampi Pare (Padi) yang hasil panen. Setelah itu baru digelar kembali ritual Ruwatan dengan pagelaran wayang kulit, Mapag Sri.

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel