Upacara Adat Ngarot di Desa Karedok

Kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran manusia yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kebudayaan tidak akan terlepas dari kehidupan manusia, dalam kebudayaan terdapat berbagai macam unsur kebudayaan. 

Salah satu unsur dari kebudayaan itu sendiri adalah upacara adat atau tradisi. Tradisi ini merupakan sebuah warisan leluhur yang masih terjaga nilainya. Dalam tradisi ini terdapat norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti tradisi yang terdapat di Desa Karedok Kecamatan Jatigede. Di Desa Karedok ini terdapat Upacara Adat Ngarot, yang mana tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan masih lestari sampai saat ini. 

Pada tahun ini pun kegiatan Upacara Adat Ngarot dilaksanakan di Karedok Kecamatan Jatigede, pada hari Rabu, 26 Oktober 2022 dihadiri oleh para pemangku adat, Keraton Sumedang Larang dan instansi kedinasan.

Upacara Adat Ngarot merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diapresiasikan melalui pagelaran-pagelaran hasil tani, pembangunan dan perkebunan. Dari Sumedang makin tahu Indonesia yah.

Upacara Ngarot tiap tahun dilaksanakan yaitu tumbuh dari mitos yang masih kuat di masyarakat. Upacara adat Ngarot juga merupakan sebuah pagelaran hasil-hasil panen, terdapat ritual penyembelihan kerbau dan kepalanya di kubur kemudian diiringi dengan musik.

Yang hadir di upacara adat ngarot tahun ini. Foto: Kebudayaan Sumedang

Kata “ngarot” dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai “berkenduri menjelang mengerjakan sawah” (Prawiro-atmodjo, 198: 422). Sedangkan, dalam bahasa Sunda, kata “ngarot” berasal dari kata “ngaruat” yang artinya adalah “selamatan untuk menolak bala”.

Menurut beberapa sumber, asal usul upacara ngarot di Desa Karedok berawal pada sekitar tahun 1900-an, ketika desa itu dilanda wabah penyakit yang banyak memakan korban, baik manusia mau pun hewan peliharaan. 

Melihat warganya mendapat musibah, Erum, Kepala Desa Karedok waktu itu, meminta bantuan seorang Polisi Desa bernama Ki Maryamin untuk bertapa selama 40 hari-40 malam. 

Tujuannya adalah mencari tahu penyebab terjadinya wabah penyakit di Desa Karedok. Konon, ketika menjelang malam ke-40 tiba-tiba Ki Maryamin mendengar sora tan katingal (suara tanpa wujud) yang memberi tanda agar mengadakan upacara penguburan kepala kerbau di alun-alun Desa Karedok sebagai kurban untuk keselamatan warganya. 

Suara gaib itu oleh Ki Maryamin diduga sebagai suara Embah Pada, yaitu leluhur masyarakat Desa Karedok yang dimakamkan di Cisahang. Upacara tersebut kemudian disebut sebagai ngaruat lembur atau ngarot.

Nama lain dari upacara ngarot adalah upacara Tutup Buku Guar Bumi. Istilah “tutup buku” dapat diartikan sebagai akhir dari tahapan-tahapan bertani atau bersawah, sedangkan istilah “guar bumi” dapat diartikan sebagai awal dari tahapan tersebut. 

Maksud dan tujuan penyelenggaraan upacara Ngarot atau Tutup Buku Guar Bumi adalah mengharapkan kesuburan tanah, menyelamati warga desa, menyelamati alat-alat pertanian, serta mengharap kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil produksi pertanian mereka dapat melimpah ruah.

Nanti mimin sambung lagi yah terkait upacara adat ngarot ini.

 

Komentar

wave
  • John Doe

    Patty

    Apr 12, 2023 01:17

    I always used to study paragraph in news papers but now as I am a user of internet thus from now I am using net for content, thanks to web.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828