Karel Frederik Holle, Seorang Belanda yang Cinta Akan Budaya Sunda

Wargi Sumedang pernah mendengar cerita Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet? Cerita tersebut dulu menjadi dongeng untuk anak-anak menjelang tidur. Tentunya ketika mendengar cerita Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet, tidak lepas dari Karel Frederik Holle. Penasaran siapa dia?

Tanggal 03 Mei ialah momentum juga untuk kita mengulas tentang Karel Frederik Holle, di mana beliau meninggal pada tanggal 03 Mei 1896. Beliau ialah seorang saudagar Belanda kelahiran Amsterdam pada 1829. Karel Frederik Holle berperan penting juga dalam mengembangkan kebudayaan dan pendidikan di Sunda loh wargi Sumedang.

Walaupun belia merupakan seorang Belanda, akan tetapi beliau dikenal karena kedekatannya dengan masyarakat pribumi dan kecintaannya terhadap kebudayaan Sunda. Ia berkontribusi dalam bidang perkebunan, pertanian, pendidikan, kesusastraan, kebudayaan, dan pelestarian budaya.

Dari berbagai sumber perjalanan Karel Frederik Holle, dia ikut dalam rombongan pelayaran warga Belanda yang dipimpin oleh Guillaume Louis Jacques van der Hucth pada tanggal 25 September 1843. Rombongan yang berlayar dari Belanda itu hendak menuju tanah harapan di timur jauh, yaitu sebuah negeri koloni yang bernama Hindia Belanda. Ia yang waktu pelayaran masih berusia 14 tahun, pada perjalanannya menjadi salah seorang pengusaha perkebunan di Priangan atau Preangerplanters yang sukses.

Mula-mula ia menekuni pekerjaan sebagai seorang klerk di Kantor Residen Cianjur, kemudian di Kantor Directie van Middelen en Domeinen di Batavia. Setelah bekerja selama sepuluh tahun, ia rupanya tidak merasa puas. Maka kemudian ia memutuskan untuk berhenti dan meninggalkannya pekerjaannya. K.F. Holle lalu diangkat menjadi Administratur Perkebunan Teh di Cikajang, Garut. Setelah itu lalu membuka Perkebunan Teh dan Kina Waspada (Bellevue) di kaki Gunung Cikuray.

Dalam menjalankan pekerjaan barunya di bidang perkebunan, K.F. Holle ternyata tertarik dengan literasi dan kebudayaan Sunda. Dalam keseharian, seperti yang tertulis dalam buku “Kisah Para Preangerplanters” karya Her Suganda, K.F. Holle selalu berbicara dengan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar dalam pergaulannya sehari-hari dengan masyarakat dan penguasa setempat. Tak hanya itu, ia pun kerap berpakaian menyerupai kaum pribumi, seperti memakai sarung dan kerepus.

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828