Memaknai Hari Kartini Tidak Melulu Tentang Kebaya

Mungkin, peringatan seperti itu bertujuan baik yakni untuk mengingat sosok Kartini, namun, sangat disayangkannya, hal tersebut justru membuat pemaknaan sosok Kartini dan Hari Kartini itu sendiri menjadi kabur.

Citra perempuan yang salah

Pandangan dan beragam gugatan yang lontarkan Kartini melalui tulisannya, menggambarkan betapa progresifnya Kartini. Namun, peringatan Hari Kartini yang awalnya ditujukan untuk memperingati ide-ide perlawanan, kini justru dimaknai sebaliknya.

Peringatan Hari Kartini yang kita lakukan sejak kecil, justru malah peragaan busana kebaya, lomba merias diri, lomba merangkai bunga, lomba masak, dan sejenisnya yang justru melanggengkan domestikasi dan pelemahan terhadap perempuan.

Melalui peringatan semacam itu, citra perempuan menjadi salah. Perempuan ideal seringkali digambarkan sebagai sosok berkebaya yang harus anggun; lembut; tidak banyak bicara dengan kepala menunduk dan kaki yang ditutup rapat; tidak boleh melawan dan memperjuangkan keinginannya; serta dianggap wajib bahkan hanya boleh berperan di ranah domestik (urusan rumah).

Kita jangan mau dibodohi

Salah kaprah tentang pemaknaan Hari Kartini sebenarnya ada sejarahnya. Awal mula Hari Kartini menjadi ajang kecantikan dipelopori oleh pemerintahan Orde Baru. 

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828