Memaknai Hari Kartini Tidak Melulu Tentang Kebaya

Di masa ini, nasib gerakan perempuan berada di tangan penguasa. Saat itu, ‘emansipasi’ justru menjadi kedok untuk menguatkan doktrin tentang domestikasi peran perempuan sebagai istri dan ibu. 

Pada Orde Baru, Soeharto secara sistematis melenyapkan gerakan perempuan dan menjauhkan perempuan dari politik, dengan mengkampanyekan politik bahwa perempuan adalah sesuatu yang kotor dan berupaya mengembalikan perempuan ke ‘dapur’.

Awalnya, gerakan pembasmian ini dilakukan dengan meniadakan anggota PKI, Gerwani, dan seluruh hal yang dianggap terkait dengan G30S. Lalu pemerintah saat itu mendirikan berbagai organisasi perempuan, contohnya Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, atau organisasi serupa sebagai wadah bagi para istri pegawai negeri dan pejabat pemerintahan.

Apakah hal itu untuk kepentingan perempuan? Oh tidak, justru hal itu seakan menanamkan paham bahwa perempuan adalah peran perempuan adalah sebagai pendamping suaminya, perempuan berharga karena posisi penting pentingnya suaminya, bukan karena peran atau prestasinya sendiri.

Jadi apakah kita akan diam saja? Lalu, sudah adakah ‘Kartini’ di dalam diri kita?

 

Sumber: Bunga Dessri - tintadanwarna

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828