Raden Aria Wangsakara Pahlawan Nasional, Pendiri Tangerang dari Sumedang

Kala itu, Banten khususnya wilayah Tangerang memang dikenal sebagai wilayah penghasil rempah berupa cengkeh, pala, cendana, kasturi hingga kayu gaharu. Lantaran itu, wilayah tersebut banyak dilirik oleh para penjajah sebagai wilayah yang patut untuk dijajah. Di bawah kepemimpinan Raden Aria, rakyat Tangerang berupaya melawan penjajahan itu. Dari pertempuran itulah bibit patriotik warga Tangerang muncul. Raden Aria pun makin disegani.

Pertempuran tak henti-henti berlangsung selama tujuh bulan. Namun, warga Tangerang juga tak pernah patah arang dan memaksa Batavia untuk berunding mengakhiri peperangan yang merugikan mereka. Hingga akhirnya, mereka berhasil mempertahankan Lengkong dari Belanda.

Pertempuran itu berakhir begitu ada perjanjian damai pada Juli 1659. Salah satu perjanjian itu menyepakati batas wilayah kekuasaan antara Kesultanan Banten dan Belanda yang menguasai Batavia. Salah satu pasal dari sepuluh pasal dalam perjanjian damai yang ditandatangani pada 10 Juli 1659 itu disebutkan kedua belah pihak bersepakat untuk menentukan batas wilayah Banten dan Batavia dengan tapal batas Sungai Cisadane sejak dari muara, daerah pegunungan sampai Angke-Tangerang yang jatuh ke tangan kompeni.

Raden Aria Wangsakara terus berjuang hingga wafat pada 1720. Raden Aria Wangsakara dinyatakan wafat setelah berperang melawan VOC di Ciledug. Raden Aria kemudian dimakamkan di Lengkong Kyai, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.

Halaman Sebelumnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828