Tentang Adanya Mitos Buaya Putih dan Keuyeup Bodas di Jatigede

Mitos-mitos tersebut begitu dipercayai dan dianggap benar oleh masyarakat Sumedang sebagai masyarakat pendukung cerita sampai-sampai pembagunan Waduk Jatigede yang digulirkan pada tahun 1980.

Selain mitos yang terdapat dalam Babon Darmaraja, mitos lain yang dipercayai kebenarannya oleh masyarakat Darmaraja yang berkaitan dengan pembangunan waduk Jatigede adalah di tengah masyarakat Darmaraja juga beredar mitos tentang buaya putih dan keuyeup bodas.

Mitos buaya putih dan keuyeup bodas menggambarkan dua kekuatan besar yang saling bertentangan. Buaya putih tak lain adalah jin penjelmaan arwah Sangkuriang yang mewakili satu kekuatan besar yang terdapat di kawasan Darmaraja. 

Dalam sebuah jurnal Pembangunan Waduk Jatigede, Mitos-mitos dan Sastra Lisan Sunda menyebutkan bahwa dalam mitos tersebut, Sangkuriang digambarkan sedang mengejar-ngejar Dayang Sumbi yang berhasil memperdayanya. 

Sangkuriang ingin memiliki sebuah telaga indah setelah terlambat membendung Sungai Citarum. Ia dengan segala kekuatan dan kesaktiannya akan membangun sebuah telaga besar di Darmaraja. Setelah gagal membendung Sungai Citarum, Sangkuriang rupanya begitu penasaran ingin mempersembahkan sebuah telaga pada Dayang Sumbi. 

Sementara itu, keuyeup bodas sebagai penjelmaan jin lain yang merupakan kekuatan lain berupaya mencegah adanya pembangunan telaga yang dilakukan oleh Sangkuriang. 

Kekuatan keuyeup bodas sengaja mencegah pembangunan telaga demi  mempertahankan akar budaya dan potensi budaya tumpah darahnya. Jika kawasan tersebut benarbenar menjelma menjadi sebuah telaga, pasti akan muncul dua kekuatan besar yang sama-sama menguasai telaga. 

Halaman Selanjutnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828