Tentang Adanya Mitos Buaya Putih dan Keuyeup Bodas di Jatigede

Dua kekuatan besar itu satu sama lain tidak ada yang mengalah. Sosok buaya putih dan pengikutnya akan menguasai telaga apabila mereka benar-benar berhasil 
menjadikan kawasan tersebut menjadi sebuah telaga yang besar dan indah. 

Namun, keuyeup bodas tidak tinggal diam. Meskipun sebagai makhluk yang lembek dan tidak berdaya, keuyeup bodas dan pengikutnya akan selalu berusaha menjebol tambakan atau tembok penahan air bendungan. Bendungan perlahan-lahan akan bocor dan hancur. Banjir besar tak bisa dielakkan dan akan terus menggenangi  area sekitar bendungan. 

Lalu bagaimana kaitan mitos buaya putih dan keuyeup bodas dengan waduk Jatigede tersebut? Cerita buaya putih dan keuyeup bodas yang memang sudah mengakar di hati masyarakat Sumedang akhirnya berkembang menjadi polemik yang penuh dengan ornamen-ornamen mitos sejak pemerintah berencana membangun waduk Jategede. 

Di satu pihak, ada yang menghendaki sebuah telaga besar dan indah sebagai tempat pariwisata yang tak lain adalah Waduk Jatigede sebagaimana cita-cita Sangkuriang, yang diharapkan bermanfaat bagi rakyat serta santapan empuk para konglomerat. Namun, di pihak lain, muncul gerakan-gerakan yang menghendaki rencana tersebut gagal sebagaimana yang dilakukan oleh keuyeup bodas. 

Mereka yang tidak setuju merasa tidak rela apabila akar sejarah, tebaran situs-situs para leluhur Sumedang yang dikeramatkan tercerabut dari akar budaya karena akan tergenang air. 

Di sisi lain, hal itu sesuai dengan pandangan bahwa mitos sebenarnya tidak pernah mati. Hampir di mana pun mitos memang tidak pernah mati dan selalu terpelihara. Soal kemudian mitos mengalami dekonstruksi karena tidak sejalan dengan perkembangan zaman, itu masalah lain lagi. Namun, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai mitos sebagai salah satu sumber peradaban. 

Halaman Sebelumnya

Komentar

wave

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar

wave

Cari Artikel

<<<<<<< HEAD ======= >>>>>>> 22907a91d5212753ed2de3bbf69bb3b53a692828